Naskah ini disampaikan dalam acara SARASEHAN FESTIVAL KESENIAN PESISIR UTARA (FKPU) 2012, Tanggal 9 Maret 2012 di Gresik :
Latar Belakang Gresik
Sejak zaman kerajaan Majapahit, keberadaan kota Gresik sudah disebut-sebut sebagai salah satu prototype kota tua. Peranannya sebagai kota dagang mulai berkembang sejak pertengahan abad ke-14, seirama dengan dinamika kota-kota dagang lainnya di Nusantara yang juga terkait dalam jaringan perdagangan dunia. Kawasan nusantara menjadi kawasan paling timur yang dijadikan titik simpul perdagangan internasional terutama dari bangsa-bangsa Eropa dan Asia Tengah. Dari Maluku, jalur perdagangan melintasi selat Flores, Laut Jawa, Selat Malaka, Teluk Benggala, Pantai Coromandel dan Malabar di India, Gujarat, Persia serta diteruskan sampai ke Eropa dengan melewati simpul-simpul perdagangan lainnya. Pada jalur inilah kota Gresik menjadi salah satu simpul perdagangan yang sangat penting. Tome Pires, musafir Portugis yang mengunjungi kota ini pada abad ke-16 menyaksikan bahwa transaksi perdagangan sudah ramai dilakukan. Kapal-kapal yang singgah berasal dari Gujarat, Siam dan Cina. Disamping itu juga kapal-kapal dari dan Banda yang tampak ramai. Kesaksian Tome Pires yang dikutip oleh H. De Graaff the Piqeaud, Kerajaan Islam di Jawa.
Perjalanan Sejarah dan Budaya Kota Lama Gresik Yang Pernah Dikenal Dunia
Minggu, 11 Maret 2012
Membangun Karakter Religius melalui Seni
Bentuk perilaku yang disadari sebagai bagian dari cara hidup tertentu dalam masyarakat muslim berkaitan dengan kesadaran untuk selalu mengadakan hubungan dan pendekatan dengan penciptanya. Dapat dikatakan bahwa bentuk pengamalan dan penghayatan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah khusus seperti sholat, tetapi juga ibadah umum dalam bentuk tingkah laku tertentu, termasuk dalam hal berkesenian. Sejatinya, kesenian harus merambah penguatan lima hal: kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), spiritual (SQ), kreativitas (CQ) serta aktivitas (AQ).
Berkaitan dengan upaya pembentukan karakter, Kementrian Pendidikan Nasional R.I. mengadopsi 18 pilar pendidikan karakter untuk diberlakukan dalam pendidikan sekolah, dari tingkat SD sampai dengan tingkat SMA. Penjabaran Pendidikan karakter ini sebelumnya telah diamanatkan secara garis besarnya dalam UU Sistim Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 di mana salah satu tujuan pendidikan nasional adalah tercapainya pendidikan karakter. Religius adalah salah satu dari 18 pilar tersebut. Karakter religius ini bisa tercermin dari beberapa tarian Islam.
Berkaitan dengan upaya pembentukan karakter, Kementrian Pendidikan Nasional R.I. mengadopsi 18 pilar pendidikan karakter untuk diberlakukan dalam pendidikan sekolah, dari tingkat SD sampai dengan tingkat SMA. Penjabaran Pendidikan karakter ini sebelumnya telah diamanatkan secara garis besarnya dalam UU Sistim Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 di mana salah satu tujuan pendidikan nasional adalah tercapainya pendidikan karakter. Religius adalah salah satu dari 18 pilar tersebut. Karakter religius ini bisa tercermin dari beberapa tarian Islam.
Pagelaran Seni Kharisma Bumi Wali
Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) kembali menggelar acara Gelar Seni Budaya (GSB) dalam bulan Maret 2012. Kali ini giliran menampilkan berbagai jenis kesenian dari Kabupaten Gresik, yang dikemas dalam tema “Kharisma Bumi Wali”, mulai Jumat malam, 16 Maret hingga minggu siang, 18 Maret 2012 di kompleks Taman Budaya Jatim, Jalan Gentengkali 85 Surabaya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jatim, Dr. H. Jarianto, MSi, menyatakan, bahwa GSB yang diselenggarakan rutin oleh TBJT ini dimaksudkan untuk pemberdayaan TBJT sebagai laboratorium seni budaya. Disamping itu juga untuk menarik minat berbagai kalangan untuk mengetahui lebih jauh mengenai potensi seni budaya daerah di kabupaten/kota Jawa Timur. GSB juga dimaksudkan untuk mempertemukan kalangan seniman sebagai pihak sellers dan pihak buyers dari kalangan pengunjung dalam kepentingan dunia usaha berbasis seni budaya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jatim, Dr. H. Jarianto, MSi, menyatakan, bahwa GSB yang diselenggarakan rutin oleh TBJT ini dimaksudkan untuk pemberdayaan TBJT sebagai laboratorium seni budaya. Disamping itu juga untuk menarik minat berbagai kalangan untuk mengetahui lebih jauh mengenai potensi seni budaya daerah di kabupaten/kota Jawa Timur. GSB juga dimaksudkan untuk mempertemukan kalangan seniman sebagai pihak sellers dan pihak buyers dari kalangan pengunjung dalam kepentingan dunia usaha berbasis seni budaya.
Langganan:
Postingan (Atom)