Perjalanan Sejarah dan Budaya Kota Lama Gresik Yang Pernah Dikenal Dunia
Rabu, 20 Juli 2011
Klasifikasi Bangunan Bersejarah (Kuno) di Kawasan Kota Lama Kabupaten Gresik
Bangunan-bangunan Kuno yang usianya lebih atau sama dengan 100 tahun berderet-deret berdiri megah di Gresik Kota Lama, oleh ITS Surabaya ketika mengadakan penelitian dan pemetaan wilayah dimana gedung-gedung itu berdiri, agar lebih fokus dan mudah dalam membagi jenis, bentuk dan model bangunan maka dibagi dalam beberapa kawasan.
Klasifikasinya sebagai berikut:
KAWASAN ARAB & MELAYU
Kampung Arab & Melayu terletak di sisi Selatan alun-alun Kota Lama Gresik. Keberadaan Kampung Arab ini diperkirakan mulai hadir pada tahun 1487 ditandai dengan adanya Kompleks MAKAM MAULANA MALIK IBRAHIM, sebagai tokoh sentral yang menandai keberadaannya.
Selain keberadaan makam tersebut, bangunan-bangunan lain yang ada di Kampung Arab ini sebagian besar adalah rumah tinggal yang memilih ciri campuran Kolonial –Cina-Lokal. Ciri tersebut dapat dilihat dengan penggunaan bahan kayu sebagai kerangka utama, dinding, kusen jendela. Letak pintu dan jendela yang simetri, dan diperkuat dengan pintu kupu tarung ditengah-tengahnya, serta keberadaan dua kolom besi/kayu di depan bangunan tersebut menunjukkan adanya pengaruh bangunan kolonial terhadap arsitektur tradisional tersebut.
KAWASAN KAMPUNG PECINAN
Salah satu yang membentuk karakter kota lama Gresik adalah keberadan Kampung Cina (Pecinan) yang dilengkapi dengan adanya klenteng sebagai tempat ibadahnya. Keberadaannya yang bersebelahan dengan Kampung Arab (adopsi bentuk kolonial) dan berada dekat dengan pelabuhan menunjukkan kawasan tersebut merupakan pusat perdagangan masa lalu sekaligus merupakan pintu masuknya unsur-unsur perubahan terjadinya akulturasi budaya, Cina, Arab, dan Jawa. Ka,pung ini ada sekitar periode 1600-an. Ciri-ciri bangunan spesifik yang terdapat di kawasan ini yaitu gevel pada atap yang melengkung.
KAWASAN KAMPUNG PERANAKAN
Kampung peranakan ini lebih dikenal di Gresik sebagai KAMPUNG KEMASAN. Sebuah kawasan yang terdiri dari beberapa bangunan dalam satu jalur (gang) yang saling berhadapan dan memiliki keunikan/kekhasan Arsitektur, yang pada periodisasi tertentu menjadi ikon/tanda kemajuan perkembangan kota Gresik.
Kawasan ini adalah kawasan yang terbanyak terdapat bangunan bersejarah di kota lama. Kondisi bangunan tersebut masih baik dan utuh, dengan gaya arsitektur yang beragam yaitu Kolonial, Cina, Melayu dan memiliki usia rata-rata 100 tahun. Salah satu bangunan yang menonjol di kampung peranakan ini adalah rumah tinggal Gajah Mungkur dan beberapa makam leluhur (makam Nyai Ageng Arem-arem).
AREA BANGUNAN KOLONIAL
Area ini merupakan bagian dari pusat pemerintahan masa lalu (Kantor Pos, Pos Polisi, Landrat/Pengadilan, fasilitas Pendidikan/sekolahan, Gedung Ballroom, Aniem (kantor Perusahaan Listrik Negara), Tower Sirene sebagai alat penyampai tanda suara untuk keadaan darurat kota dan rumah wakil Bupati dahulu rumah untuk Residen.
Ciri khas bangunan sangat kental dengan nuansa kolonial dengan bentuk atap dengan sudut yang tinggi, terdapatnya pilar-pilar beton di bagian depan dan bukaan jendela yang lebar.
KAWASAN KAMPUNG PRIBUMI.
Hal khusus yang memberi karakter pada zona Kawasan PRIBUMI adalah keberadaan beberapa bangunan yang bergaya Kolonial. Menurut data sejarah pada kawasan tersebut yang dikenal dengan Kampung Bedilan, pada zaman pemerintahan Belanda kawasan tersebut merupakan area latihan menembak atau gudang senjata (bedil-an).
Hal yang paling diingat oleh masyarakat setempat bahwa pada kawasan tersebut terdapat makam yang luas untuk orang-orang Belanda yang dilengkapi dengan sumur yang masih dipergunakan hingga sekarang. Keadaan gaya arsitektur yang beragam (tradisional, kolonial, modern, jengki) pada kawasan tersebut menyebabkan tidak munculnya karakter yang bersifat khusus pada kawasan tersebut. Sebagai kawasan yang dekat dengan pusat perkembangan, maka keberagaman ini akibat pengaruh perkembangan jaman.
ROUTE PERJALANAN.
Tempat ziarah makam Sunan Giri dan Malik Ibrahim sudah lama menjadi wisata Religi yang ramai tapi belum dimanfaatkan secara optimal. Wisatawan hanya berziarah kemudian pergi lagi tanpa di tawari tempat ziarah yang lain, misalnya ketempat makam Nyi Ageng Pinatih, Nyi Ageng Arem-Arem d an Raden Santri. Perlu digagas suatu wisata Religi yang terintegrasi, sehingga wisatawan bisa tinggal agak lama menikmati kota Gresik.
Perlu dibuatkan route jalan dari makam Malik Ibrahim (obyek utamanya), Alon-alon, Raden Santri (tempat makam Sayyid Ali Murtadlo), Basuki Rachmad dengan gedung-gedung Kolonial terus menuju makam makam Nyai Ageng Pinatih di jalan KH Cholil. Dilanjutkan ke jalan Nyai ageng Arem-arem, yang terdapat Makam Nyai Ageng Arem-arem, Kampung Kemasan dan Gajah Mungkur serta rumah-rumah penduduk yang masih dilestarikan oleh warga sendiri. Penentuan route ini sangat penting untuk mengatur perjalanan agar tidak membias kemana-mana disamping untuk mengatur beaya. Alternatif route ini bukan jalan satu-satunya, tetapi bisa diatur sesuai permintaan dari wisata, misalnya melalui Kampung Arab, Pecinan, pelabuhan dan terus ke makam Nyi Ageng Pinatih.
Penentuan obyek utama sebagai obyek garapan biasanya permintaan dari rombongan wisatawan, dan dari obyek utama kita membuat route jalan yang akan kita rencanakan. Pertama, kita harus menentukan daerah mana yang perlu mendapatkan perhatian sebagai objek garapan yang paling utama. Hal tersebut perlu supaya bisa fokus pada target yang ditetapkan karena berkaitan dengan anggaran supaya tidak melebar kemana-mana.
Wilayah yang sudah digariskan sebagai wisata Budaya ini, demi kenyamanan dan keindahan lingkungan harus dijaga kebersihannya hingga kesan pemandangan yang jorok tidak ada. Bantuan Pemerintah dalam pengecatan rumah-rumah dan gedung-gedung di daerah ini tentunya harus diimbangi dari pihak pemilik dengan menjaga dan merawatnya tentunya.
Untuk kenyaman pejalan kaki yang ingin menikmati gedung-gedung. Pemerintah Daerah harus menyiapkan sarana dan prasarana pedestarian yang memadai, didaerah tertentu perlu adanya pedestarian yang lebar supaya bisa menampung pedagang kaki lima dan tidak mengganggu pejalan kaki.
Tugas dari pemerintah daerah harus mendidik warga kota agar setiap warga sekitar wisata sejarah/budaya disetting untuk berprilaku sopan, bersahabat dan melayani layaknya sebagai individu-individu pemasar yang siap untuk menjual potensi wisata.
Perlu diatur suatu gebrakan pemasaran yang masif,dengan menggunakan segala piranti pemasaran yang ada, yang penting prioritas sudah ditentukan.
Jaga optimisme karena membangun Gresik dari sisi kepariwisataan jauh lebih mudah dibanding Surabaya yang ruwet dan wilayahnya luas. Sedangkan menata Gresik bisa lebih fokus dan terarah tapi yang perlu diperhatikan adalah konsistensi aparat dan warga untuk tetap menjaga kelestarian bangunan yang bersejarah ini.( Oemar Zainuddin)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kalo boleh tau, penelitian ITS atas nama siapa? terimakasih :)
BalasHapus