Selasa, 08 November 2011

Rebo Wekasan, Budaya Kota Gresik yang Mulai kehilangan Makna


Pada awal tahun 2011, tepatnya tanggal 31 Januari 2011 dan 1-2 Februari 2011, ada sebuah perayaan rutinan yang diselenggaran oleh masyarakat kabupaten Gresik, yaitu perayaan Rebo Wekasan. Rebo Wekasan adalah perayaan unik yang hanya ada di desa Pongangan, kecamatan Manyar, kabupaten Gresik, propinsi Jawa Timur dan hanya dirayakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar (orang jawa mengatakannya dengan nama bulan Sapar). Namun, 3 tahun terakhir, perayaan Rebo Wekasan sudah berpindah di desa Suci, desa tetangga yang berada di sebelah barat desa Pongangan.


Karena saya bukan penduduk asli Gresik, sejarah tentang Rebo Wekasan tidak saya peroleh dengan baik dan jelas tetapi saya memperoleh sejarah Rebo Wekasan dari sebuah situs. Penulis situs tersebut menceritakan bahwa Rebo Wekasan bermula dari penemuan sebuah sumber air baru oleh Sunan Giri di sebuah desa bernama Pongangan yang bertepatan dengan hari Rabu terakhir di bulan Safar.Sedangkan sebagai rasa syukur kepada Tuhan YME, diadakanlah perayaan Rebo Wekasan dan sekarang Rebo Wekasan sudah menjadi tradisi yang selalu dirayakan setiap tahun di kabupaten Gresik.

Menurut masyarakat asli desa Pongangan, Rebo Wekasan memiliki banyak kegiatan yang kental dengan unsur keagamaan dan budaya. Pada beberapa tahun silam ketika saya masih kecil, pada saat Rebo Wekasan tiba, teringat bapak selalu menonton wayang sebagai acara penutup rangkaian acara Rebo Wekasan. Sehari sebelumnya, kami sekeluarga selalu menonton pembacaan doa-doa di sumber air desa Pongangan yang dilakukan oleh beberapa sesepuh desa dan ulama agama dengan menyajikan tumpeng kreasi warga desa sebagai pelengkap kegiatan. Setelah pembacaan doa-doa selesai, kami lanjutkan dengan menyisiri sepanjang jalan desa Pongangan untuk membeli atau sekedar melihat-lihat orang-orang berjualan pakaian, makanan bahkan mainan yang terkemas apik layaknya pasar malam. Setelah puas kami diajak jalan-jalan, pada malam harinya, bapak dan ibu akan mengikuti sholat tolak bala’ (sholat menolak bencana) yang dilakukan setelah sholat Isya’ di masjid K.H. Syafi’i yang berlokasi di desa Pongangan.

Tetapi, tampaknya kenangan saya tentang Rebo Wekasan pada saat saya masih kecil, sudah mulai kabur yang sepertinya sejalan dengan kaburnya tradisi Rebo Wekasan. Berdasarkan pengamatan saya beberapa tahun terakhir, tradisi yang masih tertinggal hingga kini adalah sholat tolak balak yang diadakan pada hari Selasa malam setelah sholat Isya’, pasar malam dan silaturrahmi antar tetangga dan sanak saudara. Sedangkan tradisi wayang, sudah berganti dengan tampilan penyanyi dangdut di atas panggung besar yang siap menemani pengunjung menghabiskan malamnya.


Rebo Wekasan juga identik dengan berbagai jajanan tradisonal yang masih menjadi favorit meskipun masyarakat sekitar sudah mulai terbiasa dengan jajanan modern. Salah satu contohnya adalah serabi banjar. Dinamakan begitu karena serabi ini hanya dibuat di desa Banjarsari, desa yang letaknya sebelah selatan desa Pongangan. Serabi ini terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula dan garam serta santan kelapa dan diaduk pelan-pelan di atas kuali tanah liat dengan parutan kelapa muda supaya rasanya menjadi berserat. Penyajiannya dengan menggunakan daun pisang dan dipotong-potong terlebih dahulu jika ingin memakannya. Ketika Rebo Wekasan tiba, masyarakat desa Banjarasari banyak yang menjual serabi buatannya untuk dijual. Harganya cukup murah, Rp. 9000,00 untuk dua tangkup dengan masih-masing tangkup berdiameter 20 cm. Miss Rochma


Masih tentang rebo wekasan, KLIK dI SINI

4 komentar:

  1. Tradisi Rebo Wekasan di kec.manyar yang benar hanya ada di Desa Suci bukan Desa Pongangan Tepatnya dimulai sejak Masa Kanjeng Sinuhun Sunan giri yg menemukan sumber Air pada tahun 1482 M yang sampai saat ini masih Terawat dengan baik berupa sendang (pemandian wanita) yang terletak Diujung utara Desa Suci RW.1 Kec.Manyar Kab.Gresik, yang juga didepan sendang didirikan Masjid (Mamba'ut Tho'at) dimana tempat diadakannya Tasyakkuran/Riyadhoh oleh Masyarakat Desa Suci pada Hari Rebowekasan sbg bentuk rasa syukur kepada Allah SWT sekaligus memohon do'a agar terhindar dari Bala'/malapetaka yg dirintis oleh Kanjeng Sinuhun Sunan Giri dan sampai saat ini terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Suci, sedang adanya pemahaman yg salah tentang kegiatan Rebowekasan yg ada di Desa Pongangan adalah karena semakin banyaknya pedagang tahun demi tahun sehinggah Lokasi Berjualan di Jl,KH.Syafi'i Desa Suci tidak bisa tertampung sehingga sampai meluber ke Desa tetangga (pongangan), sejak tahun 2009 Segala kegiatan yg menyangkut Tradisi REBO WEKASAN Desa Suci (kegiatan Keagamaan,Hiburan,Pedagang dll) Dikembalikan lagi ke Desa Suci (sesuai musyawarah Pemerintah Desa Suci dan Desa Pongangan yg dilaksanakan di Kec.Manyar/Muspika) karena adanya sebagaian masyarakat Desa Pongangan yg ingin merubah tradisi Rebowekasan menjadi Desa Expo.

    BalasHapus
  2. terima kasih tambahan info dan pelurusan masalah lokasi rebo wekasan yang di daerah Suci dan bukan di Pongangan. Perkara perkembangan budaya Rebo Wekasan kemudian berkembang secara ekonomi di desa tetangga menjadi Desa Expo saya kira wajar akibat memanfaatkan moment. Sing penting tetep rukun sak bongso dewe, kalo perlu kerjasama yang saling menguntungkan. Salam Budaya : KRIS ADJI AW

    BalasHapus
  3. terima kasih tambahan info dan pelurusan masalah lokasi rebo wekasan yang di daerah Suci dan bukan di Pongangan. Perkara perkembangan budaya Rebo Wekasan kemudian berkembang secara ekonomi di desa tetangga menjadi Desa Expo saya kira wajar akibat memanfaatkan moment. Sing penting tetep rukun sak bongso dewe, kalo perlu kerjasama yang saling menguntungkan. Salam Budaya : KRIS ADJI AW

    BalasHapus
  4. Sekarang pongangan expo dihapuskan, sekarang pongangan ekpo diadakan pada haul mbah KH AS SYAFI'I ,,,,, KOMPLEK MAKAM KH MOH AS SYAFI'I TEPAT BERADA DI DEPAN KANTOR KEPALA DESA PONGANGAN

    BalasHapus

Bagaimana komentar/tanggapan anda?